Kamis, 20 September 2018

KURANGI PENGGUNAAN PUPUK KIMIA UNTUK WARISAN ANAK CUCU KITA

Mengurangi Ketergantungan Pupuk

Bagaikan “ayam mati di dalam lumbung padi”. Barangkali itulah yang tepat untuk menggambarkan kondisi masyarakat petani kita saat ini. Tanah kita dikenal subur gemah ripah loh jinawi. Bahkan menurut Koes Plus, tangkatpun hanya dengan ditancapkan bisa tumbuh subur. Dan kenyataanaannya memang demikian, ada singkong, bambu, jarak dan lain-lain. Hanya dengan di tancapkan (distek) dapat tumbuh dengan baik. Tetapi kehidupan petani kita saat ini sangat merana. Ironis!
Belum lama merasakan nikmatnya harga gabah yang cukup baik. Sekarang petani dihadapkan dengan masalah, mahalnya harga pupuk pertanian. Selain mahal, pupuk juga sering menghilang pada saat dibutuhkan. Konon “katanya “ para produsen pupuk lebih suka mengekspor pupuk, karena harga “pasaran” lebih tinggi dari pada harga di dalam negeri (subsidi).
Untuk mengatasi ini sebetulnya pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan. Diantaranyta kebijakan subsidi pupuk, yaitu dengan memberikan subsidi hara pupuk kepada para petani. Pupuk urea yang harganya pasarannya Rp. 6.000/kg diluar negeri, disubsidi dengan harga Rp. 1.500. Sayangnya kebijakan ini sering kurang mengena sasaran. Pada saat dibutuhkan petani, pupuk sering menghilang, sehingga harganya melonjak tajam. Kebijakan ini sudah bagus, hanya pengawasannya yang perlu diperketat.
Sebenarnya pokok permasalahannya terletak pada “kekurang mandirian” petani dalam menyediakan sarana produksi pertanian. Sudah lama petani kita diintimidasi dengan penggunaan pupuk pemerintah (juga dengan sarana produksi yang lain seperti alat bajak dan bibit). Petani sangat tergantung pada pupuk makro yang diproduksi pemerintah seperti Urea, SP36 dan KCl). Sehingga sekarang petani tidak tidak tahu lagi bagaimana cara membuat pupuk dengan bahan yang disediakan oleh alam.
Unsur Hara Nitrogen (N)
Unsur hara Nitrogen (N) sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Untuk tanaman padi N masih dianggap sebagi starter hidup yang paling baik bagi tanaman. Selama ini unsur N diperoleh dari Urea yang diproduksi oleh beberapa BUMN, seperti PT. Pupuk Sriwijaya, Petrokimia Gresik, Bontang dan beberap produsen lain. Ketergantungan petani (khususnya petani padi) terhadap urea, sekarang ini sangat tinggi. Sayangnya ketergantungan menjadi lebih tinggi lagi karena dosis untuk tanaman menjadi lebih tinggi.
Beberapa penyebab semakin tingginya dosis pupuk antara lain :
  1. Daya sangga tanah yang semakin melemah, akibat pemakaian pupuk kimia yang terus menerus tanpa memperhatikan kelestarian lahan.
  2. Matinya beberapa unsur mikroba dan jasad renik di dalam tanah, akibat pemakaian pupuk kima secara berlebih dan pestisida .
  3. Kekurang pahaman petani mengenai pengetahuan akan kelestarian lahan menyebabkan penanganan yang salah terhadap turunnya produktivitas tanaman.
Ada beberapa alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk makro tersebut, diantaranya adalah :
1. Menggunakan mikroba tanah. Ada beberapa mikroba yang dapat membantu menyuplai N, diantaranya adalah bakteri Rhizobium. Bakteri Rhizobim adalah bakteri yang dapat menyerap N dari udara, kemudian didistribusikan ke akar tanaman. Untuk dapat hidup bakteri ini harus bersimbiosis dengan tanaman. Cara pemberiannya adalah pada saat tanaman mulai tumbuh akar (pada pesemaian), dan harus kontak langsung dengan akar muda tanaman. Pemberian bakteri Rhizobium mampu mengurangi penggunaan pupuk urea hingga 30%. Beberapa instansi yang sudah mengembangakan bakteri Rhizobium diantaranya Balai Penelitaian Bioteknologi Perkebunan, Balitro, PAU-IPB, Puspitek Serpong dan beberapa instansi lainnya.
2. Selain unsur N, ada juga bakteri yang dapat mengubah unsur Phosphor tidak tersedia menjadi tersedia, yaitu Azotobacter dan Mychorizae.Sebagaimana Rhozobium, bakteri ini juga haru terkontak dengan akar muda tanaman. Bakteri ini mampu mengatasi keterdiaan N, sehingga dapat mengurangi pengakaian pupuk Phosphat hingga 50%.
3. Menggunakan zeolit, zeolit adalah bahan tambang yang memiliki karakteristik yang unik. Porositasnya tinggi, sehingga mampu menyimpan air dan unsur-unsur organik dan anorganik lain. Beberapa kandungan unsurnya mudah lepas dan ditukar dengan unsur lain, sehingga zeolit dapat digunakan sebagai pelepas lambat pupuk (slow release). Selain itu zeolit mampu memperbaiki struktur tanah, menjadi lebih gembur. Pengalaman penulis, pemberian zeolit mampu meningkatkan produksi hingga 30%. Selain itu zeolit juga mampu meningkatkan rendemen gabah hingga 10%. Zeolit ini dapat diperoleh pabrik penggilingan batu yang banyak terdapat di padalarang, Tasik, Bogor, Sukabumi, Pandeglang dan Serang. Namun karena banyaknya produsen zeolit, kita harus hati-hati dalam memilih zeolit. Beberapa produsen bahkan memalsukan produk zeolit, padahal yang diolah bukan zeolit.
4. Menggunakan tanaman air Algae/. Alga adalah tanaman air yang kaya akan unsur N. Pada masa lalu algae ini banyak dijumpai disawah yang tergenang air. Namun tanaman ini semakin lama semakin hilang, karena dianggap mengganggu tanaman.
5. Selama ini pupuk alternatif inilah yang dikenal petani, yaitu kompos tanaman. Namun penggunaan kompos ini harus dalam jumlah besar, harganyapun juga mahal. Namun bila petani bisa membuat sendiri, maka soal biaya dapat ditekan.
Nah, bila unsur-unsur tersebut digabungkan, maka akan menghemat pupuk hingga 50%- 75%. Inilah yang menjadi PR kita semua, bagaimana cara mensosialisasikan dan memasyarakatkan penggunaan pupuk alternatif tersebut kepada petani, sehingga petani dapat melepaskan diri dari ketergantungan terhadap urea dan pupuk makro lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anorganic???? Stop la Save Our children Organic!!!!

ruang lingkup biologi tentang pupuk kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1        Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup adalah kesatuan...