Farel,
Mala, dan Dion saling bersahabat. Meskipun begitu, Farel dan Mala lebih dekat
karena mereka sudah bersahabat sejak kecil. Sedangkan Dion bersahabat dengan Farel
dan Mala baru dua tahun yang lalu atau tepatnya saat kelas satu SMA.
Pada
hari itu Mala tidak masuk sekolah.
Farel :Eh, Mala kemana ya ? Kok dia nggak masuk
sekolah?.
Dion :Aku nggak tau. Tapi kan nggak biasanya
Mala nggak masuk. Jangan-jangan Mala kenapa-napa lagi?
Farel :Bagaimana kaalau pulang sekolah nanti kita
jenguk Mala di rumahnya. Kamu mau nggak?
Dion :Tapi tunggu dulu. Hari ini kan ada
ekskul AutoCAD. Jadi kita pulangnya jam setengah empat.
Farel : Oh iya, kalau begitu nanti saja setelah ekskul
AutoCAD selesai, kita baru ke rumah
Mala.
Dion : OK! Siap.
Sepulang sekolah, Farel dan Dion pun
mengikuti ekskul AutoCAD. Jam setengah empat ekskul selesai dan mereka segera
ke tempat parkir kenderaan untuk pulang. Namun di tengah perjalanan ke tempat
parkir, mereka melihat sesosok gadis yang sedang berdiri di pinggir lapangan
basket.
Dion :Dia siapa ya ?
Farel :Murid pindahan mungkin. (memerhatikan
gadis yang sedang membelakangi mereka)
Dion :
Kalau dia murid pindahan, kenapa dia ada di sekolah saat jam ekskul basket?
Farel : Tau. Kita samperin yuk!
Dion : Bentar-bentar.
Tiba-tiba
handphone Dion berdering.
Dion : Duh, Farel. sepertinya aku nggak bisa ikiut
jenguk Mala. Soalnya kakakku SMS, katanya dia mau ke bandara jemput temannya
yang datang dari luar kota. Aku disuruh menemani adikku dirumah. Maaf ya.
Sampaikan salamku untuk Mala ya.
Farel : Ya sudah deh. Nggak apa-apa kok.
Dion : Kalau gitu, aku pergi dulu ya..
Farel :
Ya. Hati-hati di jalan.
Farel menghampiri gadis yang ada di pinggir
lapangan tersebut untuk menjawab rasa penasarannya.
Farel : (Bergumam karena penasaran) Kok dia mirip
Mala ya? Mala! (memanggil gadis tersebut)
Mala :(berbalik) Farel?
Farel :Mala,
kamu kok nggak masuk sekolah? terusi kenapa kamu jam segini di sekolah?
Mala : (Menggenggam secarik kertas) Aku datang
kesini karena aku mau kasih tahu sesuatu ke kamu.
Farel :
Kasih tahu apa?
Mala : Aku mau ngucapin terima kasih karena
selama ini kamu sudah baik banget sama aku. Kamu sudah mau jadi sahabat aku,
pengertian sama aku, dan aku juga minta maaf kalau aku punya salah sama kamu.
Farel : Kamu kenapa La? Kenapa kamu ngomong
begitu? Apa yang kamu sembunyiin dari aku?
Mala : (Menangis tersedu-sedu) Aku nggak tahu
apa yang harus aku lakukan untuk ngebalas kebaikanmu di sisa-sisa waktuku ini.
Farel : Sisa-sisa waktu? Maksudnya? Memangnya
kamu mau kemana La?
Mala : Kamu tahu kan kalau kepala aku itu
sering sakit?
Farel : Iya. Terus kenapa memangnya?
Mala : Karena aku sudah nggak tahan sakitnya, kemarin
aku periksa ke dokter, terus saat itu juga dokter menyuruhku untuk dironsen,
dan tadi pagi aku ambil hasil ronsennya.
Farel :
Terus, bagaimana hasil ronsennya?
Mala tak menjawab pertanyaan Farel. Langsung
saja Farel merebut secarik kertas yang sedari tadi digenggam oleh Mala.
Farel :Apa? Ini nggak mungkin. Saudari Mala
Salsabila Putri positif mengidap kanker otak? Kamu bohong kan La?
Mala : Kamu bisa lihat sendiri kan Farel. Itu
semua bukan rekayasa. Hidup aku sebentar lagi berakhir. Sebentar lagi aku akan
ninggalin kamu untuk selama lamanya. Harapan hidup aku sudah kecil banget.
Farel : Nggak, kamu nggak boleh bilang begitu,
kita nggak boleh pisah, nggak boleh.
Mala :
Tapi Farel, setiap ada pertemuan, di situ juga pasti ada perpisahan.
Farel : Nggak, aku nggak mau La. Aku nggak mau
pisah sama kamu.
Tiba tiba Mala merintih kesakitan sambil
memegangi kepalanya. Lalu kemudian pingsan.
Mala :
(Memegangi kepalanya) Aw, sakit. Kepalaku sakit Farel.
Farel : Mala, kamu kenapa? (Menopang tubuh Mala
yang pingsan)
La bangun La! Bangun! Ya Tuhan, Mala
kenapa? Tolong… tolong…
Mala pun segera dibawa ke rumah sakit. Kemudian, Mala segera ditangani oleh Dokter.
Farel pun menelfon ibu Mala, Bu Yulianti agar segera datang melihat keadaan Mala.
Farel : Hallo Bu Yulianti
Bu
Yulianti : Hallo. Ada apa Farel?
Farel : Ibu bisa datang ke rumah sakit Sehat
Sejahtera, tidak bu?
Bu Yulianti : Memangnya ada apa nak?
Farel :Mala pingsan bu. Dan saat ini ada di
rumah sakit.
Bu Yulianti : Iya. Ibu secepatnya kesana. Terima kasih ya
sudah memberi tahu.
Farel : Iya bu. Sama-sama.
Tak berapa lama kemudian, Bu Yulianti pun
datang. Setelah satu jam menunggu, akhirnya
Dokter pun telah selesai memeriksa keadaan Mala. Namun, Dokter terlihat tidak
bahagia.
Bu Yulianti : Dokter, bagaimana keadaan Mala?
Dokter :Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar besarnya, saya
sudah bekerja dengan semaksimal mungkin, tapi saya bukanlah Tuhan yang bisa
mengubah jalan hidup seseorang. Maaf, anak ibu tidak bisa di
selamatkan. Kondisinya sudah sangat kritis, dan sel kanker tersebut telah
menyebar keseluruh tubuhnya.
Bu Yulianti : Maksud Dokter, Mala sudah meninggal?
Dokter : Saya sudah berusaha bu. Ini sudah
takdir.
Bu Yulianti : Mala, ini tidak mungkin. tidak mungkin.
Dokter pun pergi meninggalkan Farel dan Bu Yulianti.
Farel pun menghampiri Bu Yulianti yang sedang meratapi kepergian Mala.
Farel : Ibu yang sabar ya bu. Saya yakin di
balik semua ini pasti ada hikmah yang bisa dipetik.
Bu Yulianti :Terima kasih selama ini kamu sudah menjadi
sahabat terbaik Mala .
Farel :
Sudah bu, saya juga sedih karena kepergian Mala. Tapi nasi sudah menjadi bubur.
Dan semua itu sudah tisak bisa kembali.
Bu Yulianti : Ya, kamu benar. Semoga saja Mala tenang disisi-Nya.
Farel :
Amin…
Keesokan harinya, jenazah Mala sudah sampai di pemakaman.
Dion : Farel!
(berlari dengan terengah-engah)
Aku
sudah dengar dari teman-teman kalau Mala meninggal karena kanker otak.
Farel : Iya. Hari ini dia akan dimakamkan.
Dion : Kalau begitu, ayo kita ke pemakaman Mala.
Aku ingin melihat Mala meski untuk yang terakhir kalinya.
Farel :
Ya. (bergegas menuju pemakaman)
Sesampai di pemakaman, Farel dan Dion
melihat Bu Yulianti yang berlinang air mata.
Farel :Mala, kenapa kamu cepet banget tinggalin aku?
Aku nggak mau pisah sama kamu.
Dion : Sudahlah Farel, kita harus relakan
kepergian Mala. Ini semua sudah takdir Tuhan.
Farel : (Menangis sambil memandangi batu nisan Mala )Mala, kenapa kamu pergi sebelum aku bisa bikin kamu bahagia. Asal kamu tahu La, di hatiku nggak ada sahabat sebaik kamu. Kamu itu sahabat sejatiku yang selalu bisa menemaniku dalam suka ataupun
duka. La, semoga kamu tenang di alam sana. Aku harap, kamu nggak akan lupakan aku dan Dion, karena kami juga nggak akan pernah lupakan kamu.
Selamat jalan ya sobat! (Beranjak pergi meninggalkan rumah abadi milik
sahabatnya)
** J TAMAT J **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar